Lompat ke isi

Dinasti Zankiyah

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Dinasti Zengiyah)
Dinasti Zangi

زنكيون
1127–1250
Dinasti Zankiyah pada puncak terbesarnya
Dinasti Zankiyah pada puncak terbesarnya
StatusVassal Seljuk Raya
Ibu kotaAleppo
Bahasa yang umum digunakanOghuz Turkic
Arabic
Agama
Islam Sunni
PemerintahanEmirate
Emir 
• 1127–1146
Imad ad-Din Zengi I (first)
• 1241–1250
Mahmud Al-Malik Al-Zahir (last reported)
Sejarah 
• Didirikan
1127
• Dibubarkan
1250
Mata uangDinar
Didahului oleh
Digantikan oleh
kslKesultanan
Seljuk Raya
County Edessa
Ilkhanat
dnsDinasti
Ayyubiyah
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Zengid atau Zangid adalah sebuah dinasti muslim yang berasal dari Oghuz Turk yang memerintah sebagian daerah Syria dan utara Irak di bawah kekaisaran Seljuk.[1] Dinasti ini awalnya didirikan oleh Imad ad-Din Zengi. Dinasti Zengid akhirnya menguasai Mesir pada tahun 1169. Pada tahun 1174 negara Zengid meluas dari kota Tripoli ke Hamadan dan dari Yaman ke Sivas.

Dinasti tersebut didirikan oleh Imad ad-Din Zengi (atau Zangi), yang juga seorang Atabeg (gubernur) di Seljuk Mosul pada tahun 1127.[1] Secara singkat dia menjadi "raja" Turk di bagian utara Syria dan Irak, dan merebut Aleppo dari Emir Artuqid pada tahun 1128. Selain itu dia juga merebut daerah Edessa dari pasukan salib pada tahun 1144.[2] Hal ini kemudian menjadikan Zengi sebagai pahlawan di dunia Muslim, tetapi kondisi ini tidak bertahan lama, karena dia dibunuh oleh seorang budak pada tahun 1146.[2]

Saat kematian Zengi, daerah teritorialnya terpisah-pisah. Kota Mosul dan wilayah sekitarnya di Irak dipegang oleh anak sulungnya Saif ad-Din Ghazi I, dan Aleppo dan Edessa dipegang oleh anak keduanya Nur ad-Din Mahmud, atabeg Aleppo. Nur ad-Din ternyata terbukti sekompeten ayahnya.[3] Pada tahun 1149 dia mengalahkan Pangeran Raymond dari Antioch dalam Pertempuran Inab, dan pada tahun setelahnya dia menaklukan sisa-sisa daerah Edessa sekitar sungai Eufrat.[3] Lalu, pada tahun 1154 dia menyempurnakan kekuasaannya dengan mengambil Damaskus dari para Emir dinasti Burid.[3]

Kini berkuasa dari Damaskus, kesuksesan Nur ad-Din berlanjut. Pangeran Antiokhia lainnya, Raynald dari Châtillon ditangkap, dan wilayah Kepangeranan Antiokhia sangat berkurang. Pada tahun 1160-an, perhatian Nuruddin sebagian besar tertuju pada persaingan dengan Raja Yerusalem, Amalric dari Yerusalem, untuk menguasai Kekhalifahan Fatimiyah. Dari tahun 1163 hingga 1169, jenderal Zengi, Shirkuh mengambil bagian dalam serangkaian kampanye melawan dinasti Fatimiyah Mesir. Pada tahun 1169 dia membujuk wazir untuk menyergap dan membunuhnya setelah itu dia merebut Mesir atas nama tuannya Nur ad-Din, sehingga membawa Mesir di bawah kekuasaan resmi Zengid .

Keponakan Shirkuh, Salahuddin diangkat sebagai wazir oleh khalifah Fatimiyah al-Adid dan Gubernur Mesir, pada tahun 1169. Al-Adid meninggal pada tahun 1171, dan Saladin memanfaatkan kekosongan kekuasaan ini, secara efektif mengambil kendali negara. Setelah merebut kekuasaan, dia mengalihkan kesetiaan Mesir ke Kekhalifahan Abbasiyah yang berbasis di Bagdad yang menganut Islam Sunni, daripada praktik tradisional Syiah Fatimiyah. Tripoli, Yaman dan Hijaz ditambahkan ke negara bagian Nur ad-Din. Nur ad-Din telah merebut tanah Anatolia hingga Sivas, negaranya terbentang dari Tripoli hingga Hamadan dan dari Yaman hingga Sivas.

Nur ad-Din sedang bersiap untuk menginvasi Yerusalem ketika dia tiba-tiba meninggal pada tahun 1174. Putra dan penerusnya As-Salih Ismail al-Malik masih kecil, dan terpaksa melarikan diri ke Aleppo, yang dia kuasai sampai tahun 1181, ketika dia meninggal karena sakit dan digantikan oleh sepupunya Imad al-Din Zengi II. Saladin menaklukkan Aleppo dua tahun kemudian, mengakhiri kekuasaan Zengid di Suriah.

Pangeran-pangeran Zengid terus memerintah di Irak bagian Utara sebagai Emir Mosul hingga abad ke-13. Disana mereka memerintah Mosul dan Sinjar hingga 1234; dimana kekuasaan mereka tidak berakhir sampai tahun 1250.

Penguasa Zankiyah

[sunting | sunting sumber]

Atabeg Zankiyah dan Emir Mosul

[sunting | sunting sumber]
  • Zengi, 1127–1146
  • Sayf al-Din Ghazi I, putra Zengi, 1146–1149
  • Qutb al-Din Mawdud, putra Zengi, 1149–1170
  • Sayf al-Din Ghazi II, putra Qutb al-Din Mawdud, 1170–1180
  • Izz al-Din Mas'ud, putra Qutb al-Din Mawdud, 1180–1193
  • Nur al-Din Arslan Shah I, putra Izz al-Din Mas'ud, 1193–1211
  • Izz al-Din Mas'ud II, putra Nur al-Din Arslan Shah I, 1211–1218
  • Nur al-Din Arslan Shah II, putra Izz al-Din Mas'ud II, 1218–1219
  • Nasir ad-Din Mahmud, putra Izz al-Din Mas'ud, 1219–1234.
  • Mosul diambil alih oleh Badr al-Din Lu'lu', atabeg kepada Nasir ad-Din Mahmud, yang dibunuhnya pada tahun 1234.

Amir Zengid dari Aleppo

[sunting | sunting sumber]
  • Zengi, 1128–1146
  • Nur al-Din, putra Zengi, 1146–1174
  • As-Salih Ismail al-Malik, putra Nur al-Din, 1174–1182
  • Imad al-Din Zengi II,1182

Aleppo ditaklukkan oleh Saladin pada tahun 1183 dan diperintah oleh Ayyubiyah hingga tahun 1260.

Emir Zengid dari Damaskus

[sunting | sunting sumber]
  • Nur al-Din, putra Zengi, 1154–1174
  • As-Salih Ismail al-Malik, putra Nuruddin, 1174.
  • Damaskus ditaklukkan oleh Salahuddin pada tahun 1174 dan diperintah oleh dinasti Ayyubiyah hingga tahun 1260.

Emir Zengid dari Sinjar

[sunting | sunting sumber]
  • Imad al-Din Zengi II, putra Qutb al-Din Mawdud, 1171–1197
  • Qutb ad-Din Muhammad, putra Zengi II, 1197–1219
  • Imad al-Din Shahanshah, putra Qutb ad-Din Muhammad, 1219–1220
  • Jalal al-Din Mahmud (rekan penguasa), putra Qutb ad-Din Muhammad, 1219–1220
  • Fath al-Din Umar (rekan penguasa), putra Qutb ad-Din Muhammad, 1219–1220.

Sinjar diambil oleh Ayyubiyah pada tahun 1220 dan diperintah oleh al-Ashraf Musa, amir Ayyubiyah dari Diyar Bakr. Daerah ini kemudian berada di bawah kendali Badr al-Din Lu'lu ', penguasa Mosul mulai tahun 1234.

Emir Zengid dari al-Jazira (di Irak Utara)

[sunting | sunting sumber]
  • Mu'izz al-Din Sanjar Shah, putra Sayf al-Din Ghazi II, 1180–1208
  • Mu'izz al-Din Mahmud, putra Mu'izz al-Din Sanjar Shah, 1208–1241
  • Mahmud al-Malik al-Zahir, putra Mu'izz al-Din Mahmud, 1241–1250.

Pada tahun 1250, daerah al-Jazira jatuh di bawah dominasi an-Nasir Yusuf, amir Ayyubiyah di Aleppo.

Catatan Kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Kirk H. Sowell, The Arab world: An Illustrated History, (Hippocrene Books, Inc., 2002), 102.
  2. ^ a b Islam and the Crusades 1096-1699, Robert Irwin, The Oxford History of the Crusades, Ed. Jonathan Riley-Smith, (Oxford University Press, 1999), 227.
  3. ^ a b c Hunyadi, Zsolt and József Laszlovszky, The Crusades and the Military Orders, (Central European University, 2001), 28.
  • Asbridge, Thomas (2012). The Crusades: The War for the Holy Land. Simon & Schuster.
  • Ayalon, David (1999). Eunuchs, Caliphs and Sultans: A Study in Power Relationships. Hebrew University Magnes Press.
  • Bosworth, C.E. (1996). The New Islamic Dynasties: A Chronological and Genealogical Manual. New York: Columbia University Press.
  • Canby, Sheila R.; Beyazit, Deniz; Rugiadi, Martina; Peacock, Andrew C. S. (2016). Court and Cosmos: The Great Age of the Seljuqs. Metropolitan Museum of Art.
  • Hunyadi, Zsolt; Laszlovszky, József (2001). The Crusades and the Military Orders. Central European University.
  • Irwin, Robert. (1999). "Islam and the Crusades 1096-1699". In Riley-Smith, Jonathan (ed.). The Oxford History of the Crusades. Oxford University Press.
  • Stevenson, William Barron (1907). The Crusaders in the East. Cambridge University Press.
  • Taef El-Azharii. (2006). Zengi and the Muslim Response to the Crusades. Abington, UK: Routledge.